Senin, Januari 07, 2008

Anak jalanan merespon insentif


Peringatan pemandu wisata yang menemani Bre Redana di Vietnam saya kira relevan bagi warga Jakarta:
"Jangan membeli barang kerajinan dari anak-anak. Belilah dari orang dewasa," ujar Dao [pemandu wisata] memperingatkan. Kenapa? "Jangan dorong anak-anak untuk meninggalkan sekolah," katanya. Semua pemandu wisata di Vietnam mengeluarkan peringatan serupa.

Sedekah bagi anak-anak jalanan (atau para orang tua yang ingin menarik iba dengan membawa anak-anak mereka ke jalanan) mendorong anak-anak meninggalkan sekolah. Karena itu, hati-hatilah sebelum bersedekah.

Label: , ,

3 Comments:

At 3/06/2008 08:03:00 AM, Anonymous Anonim said...

Halo Arya,

Jurnal Science, salah satu edisi Februari lalu, memuat tulisan Steven Levitt dan John List, "Homo Economicus evolves".

http://www.sciencemag.org/cgi/reprint/319/5865/909.pdf

Sonny
http://nomordelapan.blogspot.com

 
At 3/10/2008 02:29:00 AM, Blogger Arya Gaduh said...

Son:
Terima kasih untuk link-nya. Tirta (atau Roby ya?) memberikan link yang sama beberapa waktu lalu. Agaknya memang ada pergerakan ke arah behavioral economics.

Setuju dengan kesimpulan mereka di akhir tulisan: Tantangannya adalah bagaimana meletakkan insight-insight tersebut ke kerangka besar ilmu ekonomi, alih-alih sekadar ide yang bersifat sepotong-sepotong.

 
At 10/25/2008 08:47:00 AM, Anonymous Anonim said...

Ini adalah sebuah dilema menurut saya. Sekarang saya ceritakan seperti ini. Siapa yang ingin jadi anak jalanan? Tidak ada bukan? Nah kenapa mereka jadi anak jalanan? (Ok sebagian terpaksa karena gak bisa sekolah atau sebagian emang malas sehingga jadi anak jalanan). Kalau emang karena mereka ini berada di bawah garis kemiskinan dan tidak memungkinkan masuk sekolah, n kalau misalnya mereka gak jadi anak jalanan gak bisa makan bukanna itu makin merusak bangsa?

Ini sudah bukan rahasia umum bahwa perut kosong, otakpun kosong. Di negara berkembang pendidikan masuk kebutuhan sekunder menurut hirarki maslow. Nah kalau primer aja tidak terpenuhi gimana memenuhi kebutuhan sekunder. Nah ini adalah tanggung jawab pemerintah bagaimana untuk mengalokasikan dana untuk mereka agar tidak meikirkan perut tapi meikirkan masa depan. Setuju?

 

Posting Komentar

<< Home