Selasa, Desember 11, 2007

APBN vs. rakyat?


Wartawan ekonomi Kompas, Andi Suruji, di Laporan Bisnis dan Keuangan Akhir Tahun:
Apakah pemerintah akan konsisten dengan janjinya tidak akan menaikkan harga BBM, atau menyelamatkan APBN dengan mengorbankan rakyat?

Inilah contoh retorika populis yang nonsens. Mengapa menyelamatkan APBN bertentangan dengan kepentingan rakyat? Bukankah APBN itu untuk rakyat dan karena itu menyelamatkan APBN itu bagian memperjuangkan kepentingan rakyat? Lagipula, inti persoalannya bukan di situ.

Korban dari dipertahankannya subsidi BBM adalah pos-pos APBN seperti pertahanan keamanan, infrastruktur, hingga pembelanjaan pendidikan dan kesehatan, maupun program anti-kemiskinan. Ini bukan soal "APBN" vs "rakyat", tetapi soal "subsidi BBM" vs. pos-pos lainnya. Dan jika orang miskin adalah prioritas maka, seperti yang pernah saya tulis di sini dan di sini, mustinya pilihannya cukup jelas.

UPDATE (12/12):
Andi Suruji perlu membaca Laporan Akhir Tahun Humaniora di Kompas hari ini:
Di sinilah masalahnya. Anggaran untuk Departemen Pendidikan Nasional dalam RAPBN 2008 hanya Rp 49 triliun atau cuma 12 persen dari seluruh APBN 2008. Jumlah ini sangat kecil dibandingkan ketentuan undang-undang yang menggariskan 20 persen dari APBN.

Anggaran pendidikan: Rp 49 triliun. Subsidi BBM (pada harga minyak dunia US$100 per barel): Rp 170,7 triliun. Bung Andi, silakan pilih: subsidi BBM atau anggaran pendidikan?

Label: , , ,

5 Comments:

At 12/12/2007 05:07:00 AM, Anonymous Anonim said...

Good point Arya. Kalau kita lihat, pemerintahan pasca reformasi ini masih diliputi kegamangan antara mempertahankan image sementara realitas ekonomi memerlukan suatu ketegasan kebijakan. Bahwa dalam setiap kebijakan pasti ada trade-off dan ada pihak yang mungkin tak senang. Nah, disinilah mestinya pemerintah weighing benefit over the cost and see the optimal point for the most people. Termasuk subsidi ini, mestinya kita sudah tak lagi dimanjakan oleh subsidi apalagi belakangan subsidi ini banyak terbakar akibat kemacetan lalu lintas dan menyemai perilaku boros energi terutama di perkotaan. Mestinya pemerintah lebih memprioritaskan akses yang selebar-lebarnya dalam hal pendidikan dan kesehatan at all cost. Pendidikan dan kesehatan yang gratis lebih inklusif dan magnitude-nya lebih besar ketimbang subsidi BBM yang diskriminatif dan lebih dinikmati oleh pemilik kendaraan pribadi.By the way, bisa minta e-mailnya nggak Bng Arya?

 
At 12/12/2007 09:38:00 AM, Blogger Arya Gaduh said...

Anonim:
Untuk e-mail, silakan klik ke "Melihat profil lengkap saya" (di bawah foto profil) lalu klik e-mail di bawah boks "Contact".

 
At 12/13/2007 11:35:00 AM, Blogger Anymatters said...

Bung Arya, coba sense ini. (don't take it seriously okay)

Ongkos beli mobil kan mahal, jadi perlu disubsidi bensinnya biar ongkos runningnya jadi murah.

Ongkos masuk sekolah negeri kan murah, jadi ga perlu besar2 ongkos runningnya.

Agak seimbang ga?

 
At 12/19/2007 10:30:00 AM, Blogger Arya Gaduh said...

Anymatters:
Ya enggak seimbang dong. Kan maunya sekolah berkelas internasional dengan kolam renang ukuran Olimpiade dan lapangan berkuda.

 
At 12/19/2007 04:57:00 PM, Blogger Anymatters said...

ya udah, kalo gitu suruh pemerintah ikutin "mau"nya rakyat.

silakan model "kemauan" rakyat.

 

Posting Komentar

<< Home