Perlukah Bank Dunia peduli korupsi?
Tidak, menurut Kwik Kian Gie. Hari ini, serupa-judul dengan posting saya kemarin, dia menulis di Kompas:
Dalam hal Menkeu lebih lucu. Yang dikorup itu hasil utangan yang akan dibayar kembali beserta bunganya. Maka, apa urusan Bank Dunia? Apakah sebagian hibah itu dikorup atau tidak, asal semua utang dan bunga dibayar utuh dan tepat waktu, apa masalahnya?
Saya akan coba jawab pertanyaan ini.... Andai Bank Dunia mengacuhkan korupsi di proyeknya, maka seluruh proyek Bank Dunia akan dikorupsi di sana-sini. Jika proyek Bank Dunia dikorupsi di sana-sini, pada jangka menengah-panjang pemerintah akan kesulitan membayar utang dan bunga tepat waktu.
Jika akhirnya pemerintah ngemplang, Bank Dunia-lah yang dirugikan. Maka, Bank Dunia berkepentingan mengawasi proyek-proyeknya, terutama jika proyek itu dibiayai oleh utang.
Inilah jawaban andai kita beranggapan bahwa Bank Dunia adalah entitas yang sepenuhnya hanya peduli kepentingannya sendiri. Tapi Bank Dunia juga — entah sengaja atau tidak — mempekerjakan manusia-manusia dan (dalam istilah Kwik) anak-anak bangsa yang sama atau bahkan lebih peduli daripada Kwik tentang kondisi bangsa ini.
Bagi orang-orang ini, serupiah yang terkorupsi adalah serupiah yang tidak bisa dipakai membangun infrastruktur dan fasilitas kesehatan bagi warga Indonesia. Jika melalui peran mereka dalam Bank Dunia, mereka bisa mencegah ini dalam proyek-proyek yang dikelolanya, mengapa dipermasalahkan?
Entahlah. Bagi saya, semakin hari Kwik Kian Gie semakin tidak bisa dimengerti...
Label: korupsi
4 Comments:
Saya juga bingung setelah baca artikel tersebut di Kompas. Padahal sederhana, kembali saja pada prinsip "korupsi" adalah "korupsi" siapapun pelakuknya atau sekecil apa pun yang diambil. Dalam tulisan itu Kwik juga memuja metode "ancaman" seperti yang ia lakukan pada Uni Eropa, pada masanya.
Pemikiran saya sama dengan Kwik Kian Gie bahwa Bank Dunia tidak perlu dan tidak usah sok peduli dengan masalah korupsi proyek sebab saya yakin bahwa 'kepeduliaannya' itu hanyalah untuk menancapkan pengaruhnya dengan lebih kuat dan untuk mengancam bangsa Indonesia dan membuat pemerintah ketakutan. Saya tahu bahwa korupsi itu buruk dan harus diberantas, namun yang saya pertanyakan adalah mengapa baru sekarang Bank Dunia mempertanyakan korupsi itu? Mengapa tidak dari dulu?
Menurut saya Bank Dunia harus peduli korupsi. Tapi kayaknya mereka nggak terlalu perduli, apalagi pada proyek2x yg melibatkan perusahaan2x besar dari negara pendonor. Khan sering juga nilai proyek menggelembung bukan karena di korupsi tapi pada waktu tender para kontraktor2x, konsultan2x yg gandengan tangan menggelembungkan harga. Dan merekapun menutup mata akan ulah konconya sendiri ini. Kita yg terjepit, kalo di batalin ntar proyek nggak jalan2x bisa2x kena penalty dan bunga jalan terus, kalo jalan utang makin gede, proyeksi keuntungan makin tipis.
Memang susah kalo jadi kere.
Jangan bingung-bingung di tengah-tengah 'kegaduhan' Indonesia ini. Kalau Arya Gaduh sudah bingung lalu bagaimana dengan Wiranto? Lha malh nggak nyambung, so what geetu loh...tanya kenapa-tanya kenapa hoii...Effendi Ghazali.
Posting Komentar
<< Home