Beggars can't be choosers!
A Tony Prasetiantono di opini Kompas hari ini memberikan aplaus pada komentar tegas Menteri Keuangan Sri Mulyani:
Kini, marilah memulai era baru, yang mengacu pada kesetaraan hubungan antara negara resipien dan lembaga donor multilateral. Hubungan baru harus lebih mengarah ke skema kemitraan (partnership) ketimbang skema yang menempatkan salah satu pihak menjadi "tukang khotbah" (preacher) secara searah.
Ada pepatah dalam Bahasa Inggris: "Beggars can't be choosers!". Selama negara resipien masih membutuhkan uang lembaga donor, jangan terlalu berharap akan muncul hubungan kemitraan. Kreditor akan selalu memiliki posisi tawar yang dominan dalam hubungan pinjam-meminjam.
Ini tidak selalu buruk. Posisi dominan kreditor itu perlu karena tanpanya, kreditor tidak akan rela meminjamkan uangnya (problem yang dikenal sebagai problem principal-agent). Jika demikian, pertumbuhan ekonomi negara miskin pun terhambat keterbatasan modal. Dunia tanpa mekanisme pinjam-meminjam antara negara miskin dan kaya jelas lebih buruk bagi negara miskin daripada alternatif yang ada sekarang.
Jika memang ingin setara, berhentilah berutang! Namun, sebelum memutuskan, pertimbangkanlah masak-masak apakah keputusan ini memang yang terbaik, terutama bagi warga termiskin Indonesia.
1 Comments:
It's true. Sayangnya ibu menteri ini ga tau atau ga mau tau bagaimana proposal utang-berutang tsb dibahas di level teknis oleh manusia-manusia di Bappenas dan Depkeu. Hanya bisa ngangguk2 di hadapan para londo, karena ga ngerti. Yang nanggung, ya rakyat lagi.
Posting Komentar
<< Home