Satu lagi alasan menuntut akuntabilitas (staf) Depdiknas
Bagi yang tidak mengikuti perkembangan bakat-bakat Indonesia di bidang sains, Kompas hari ini memberi satu lagi alasan mengapa seluruh masyarakat harus menuntut akuntabilitas dari staf Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang tidak benar mengurus visa Tim Olimpiade Matematika Indonesia. Ini alasannya, dari headline hari ini:
"RI Juara Dunia Olimpiade Fisika"
Satu hal yang begitu membanggakan dari kemenangan ini adalah:”Jonathan [Pradana Mailoa] tak hanya melampaui nilai tertinggi yang diraih pelajar China, tetapi juga menang mutlak dalam teori dan eksperimen. Oleh karena itu, ia berhak mendapat gelar The Absolute Winner, sebuah pencapaian yang langka dalam event internasional seperti ini,” ungkap Yohanes Surya, pembina Tim Olimpiade Fisika Indonesia, kepada Kompas dari Singapura, Sabtu (15/7).Dalam satu dekade terakhir, begitu banyak anak muda berbakat Indonesia yang mulai menunjukkan dominasinya di kancah sains internasional pada tingkat SMA, umumnya merebut setidaknya satu posisi puncak dalam bidang Fisika, Kimia, Teknologi Informasi - dan, saya yakin, kalau saja kebodohan ini tidak terjadi - Matematika.
Karena itu masyarakat, wartawan, dan kelas menengah perlu terus mendesak akuntabilitas staf Depdiknas yang menyebabkan pupusnya harapan Tim Olimpiade Matematika. Namun, jangan sampai tuntutan tersebut menjadi sebuah witch hunt atau pencarian kambing hitam (karena ini mudah - pecat saja salah satu staf!), namun meminta transparansi penjelasan, dan penjatuhan hukuman yang sesuai dengan kesalahan staf yang bersangkutan.
Tindakan ini (yang, agaknya, harus dimotori desakan masyarakat ini) penting untuk mengisyaratkan bahwa di masa depan, kesalahan yang begitu merugikan masa depan sains Indonesia tidak akan ditolerir. Dan bahwa secara individu, dan bukan secara kolektif, birokrat akan dimintakan bertanggungjawaban dia atas tindakan dan kelalaian yang dia buat.
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home