Sabtu, Oktober 01, 2011

Beragama lebih baik? (2/3)

Sekarang, pertanyaannya adalah: Apakah benar, lebih taat beragama itu lebih murah hati, atau jangan-jangan, seperti temuan Trimble (1997), hanya kelihatannya begitu karena orang taat cenderung lebih jaim?

Untuk menjawab pertanyaan ini, Daniel Batson melakukan beberapa eksperimen. Idenya eksperimen-eksperimen itu mirip dengan ide "menguji ketulusan" yang saya tuliskan di sini. Kalau Anda tertarik rincinya, bisa dilihat di (dari buku yang keren ini). Berikut salah satunya...

Batson dkk. (1989) merekrut mahasiswa, dan menawarkan kesempatan untuk menjadi relawan jalan maraton untuk mengumpulkan dana. Dana itu nantinya akan digunakan membantu biaya pengobatan seorang anak yang membutuhkan pengobatan yang mahal. Namun, sebelum para mahasiswa menawarkan diri untuk ikut, para mahasiswa diberi tahu bahwa mereka harus melalui ujian kesehatan dulu.

Di sini menariknya: Kepada sebagian mahasiswa itu diberitahu bahwa prasyarat kesehatan itu relatif mudah (sekitar 60% akan lulus), sementara sebagian lainnya diberitahu bahwa prasyarat itu relatif sulit (hanya sekitar 15% akan lulus). Mengapa? Idenya, kalau prasyaratnya mudah, sulit bagi seseorang yang sudah menawarkan diri menjadi relawan untuk mangkir. Sementara, kalau prasyaratnya sulit, menawarkan diri menjadi relawan itu menjadi relatif lebih "aman" bagi mereka yang sekadar ingin menjaga citra diri (di hadapan orang lain maupun diri sendiri), karena besar kemungkinan, mereka tidak benar-benar harus menjalankan maraton itu.

Hasilnya menunjukkan bahwa ketika prasyarat itu sulit, tingkat relijiusitas intrinsik -- yang, dalam konteks ini, berarti ketaatan pada prinsip agama mereka -- mampu memprediksi apakah seseorang akan menawarkan diri menjadi relawan. Menariknya, ketika prasyaratnya mudah, secara statistik, tidak ada perbedaan partisipasi yang relijius dan tidak.

Eksperimen ini menunjukkan bahwa ketaatan beragama tidak serta merta membuat seseorang lebih murah hati. Selain itu, perbedaan hasil antara eksperimen dan survei memberikan pelajaran buat peneliti seperti saya, yang kerap menggunakan data survei, untuk berhati-hati tentang potensi bias dalam data yang saya pakai.

***


"Problem" serupa rupanya ada juga dalam analisis tentang rasa percaya. Rasa percaya ini, terutama pada orang asing, salah satu sikap yang diangap penting oleh ilmuwan dari pelbagai bidang ilmu sosial, karena kerja sama selalu membutuhkan rasa percaya.

Data survei (seperti yang dipakai oleh Guiso dkk.(2003) dan Mujani (2004)) menunjukkan bahwa orang yang relijius pada umumnya memiliki rasa percaya yang lebih pada orang lain. Namun, eksperimen, misalnya oleh Anderson dkk (2010), tidak menemukan perbedaan yang berarti soal rasa percaya kepada orang asing antara orang relijius maupun tidak.

Namun, ada satu sikap di mana survei dan eksperimen tidak bertentangan. Baik survei dan eksperimen menemukan ada hubungan antara relijiusitas dan sikap toleran, maupun prasangka terhadap orang yang "berbeda" (baik dari segi suku dan agama, maupun orang yang "tidak asli" alias imigran). Ternyata, relijiusitas itu cenderung sejalan dengan sikap tidak toleran dan prasangka. Hubungan ini ditemukan oleh Allport dan Kramer pada tahun 1946, dan sejak itu, sudah direplikasi baik oleh data survei (misalnya, Guiso dkk., 2003) atau eksperimen (Johnson, 2010).

Tentu saja, hasil penelitian-penelitian ini didasarkan pada subjek asing (kecuali Guiso dkk, yang menggunakan data dari pelbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia). Sedangkan kan, seperti kata pepatah, lain padang, lain belalang. Jangan-jangan di Indonesia beda.

Ini yang saya coba jawab di penelitian menggunakan set data rumah tangga yang paling kaya di Indonesia, yakni Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (atau SAKERTI, yang bisa diunduh dari sini). Menggunakan data tersebut, saya menganalisis hubungan antara ketaatan beragama dan kerelaan menolong, rasa percaya, dan toleransi beragama. Hasil lengkapnya bisa diunduh dari sini. Namun, seperti yang akan saya akan ringkas di entri terakhir, belalang di pelbagai padang ternyata cukup serupa.

(bersambung ke bagian ketiga)

Label: , , , ,