FPI perlu demo Fahmi Idris
Seluruh organisasi massa yang peduli moral bangsa perlu bersatu menentang kebijakan yang diusulkan Menteri Perindustrian. Kebijakan yang dimaksud amat berpihak pada produsen minuman keras, sumber maksiat. Kebijakan apa?
Kompas kemarin melaporkan usulan Menteri Perindustrian Fahmi Idris untuk menghentikan ekspor tetes tebu (molase). Apa kegunaan molase? Menurut artikel tersebut:
Produksi etanol saat ini sekitar 170.000 kiloliter (kl) per tahun. Dari jumlah tersebut, 143.000 kl digunakan untuk kebutuhan dalam negeri, terutama untuk minuman beralkohol dan farmasi, sisanya 27.000 kl diekspor. Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, industri masih mengimpor 4.000 kl etanol per tahun.Dengan melarang ekspor, suplai molase dalam negeri akan bertumpuk hingga harga molase di dalam negeri akan turun. Siapa yang diuntungkan? Produsen minuman beralkohol. Yang dirugikan? Petani tebu dan pabrik pengolah tebu yang menghidupi para petani.
Kebijakan ini ini konon dilakukan “karena produksi bahan baku pembuatan etanol tersebut masih amat terbatas”. Maaf Pak Menteri, masih ingat yang namanya impor – itu lho, proses membeli dari luar negeri produk yang tak cukup diproduksi sendiri? Mengapa harus mengambil dari produsen molase dan, secara tidak langsung memberikannya ke produsen produk-produk pengguna molase?
Lagipula, kebijakan ini amat tidak adil. Jika pun ini untuk mendukung “proyek industrialisasi”pemerintah (yang belum tentu berhasil), mengapa produsen molase yang harus menanggung biaya untuk eksperimen tersebut? Apalagi ternyata, menurut Thomas Dharmawan, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi):
Sebagian besar produsen molase dalam negeri bermodal lemah sehingga cenderung mencari pembeli di luar negeri yang berani bayar tunai…"Pembeli di dalam negeri kerap utang. Padahal hasil penjualan itu diperlukan industri molase untuk membeli bahan baku. Saat ini mereka hanya dapat memperoleh uang tunai dari ekspor.”Kebijakan pro-produsen minuman keras dan anti-usaha kecil menengah. Pelindung moral bangsa, tunggu apa lagi?
UPDATE 1: Berikut cara sopan berkata "tidak" dari Menteri Perdagangan atas usulan Menteri Perindustrian di Jakarta Post hari ini.
UPDATE 2 (29/7): Pasokan molase kurang? Mengapa tak impor saja? Toh harganya cenderung turun.
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home