Senin, Juli 03, 2006

Sekali TVRI, tetap TVRI

Mau menjadi anggota Direksi TVRI? Berikut syaratnya dari Kompas hari ini:

Persyaratan umum:
  1. Warga Negara Indonesia
  2. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
  3. Setia kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Th. 1945.
  4. Berwibawa, jujur, adil dan berperilaku tidak tercela.
  5. Memiliki integritas dan dedikasi yang tinggi untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
  6. Memiliki kepedulian, wawasan, pengetahuan dan/atau keahlian di bidang penyiaran televisi publik serta berpengalaman di masing-masing jabatan Direksi
  7. Tidak terkait langsung maupun tidak langsung dengan kepemilikan dan kepengurusan media massa lainnya
  8. Tidak memiliki jabatan rangkap
  9. Tidak termasuk dalam kepengurusan dan anggota partai politik.
Perhatikan bahwa tidak satu pun disebutkan tentang kualifikasi teknis. Eh, tunggu... Ternyata ada dalam persyaratan khusus, seperti ini:

  • Posisi Direktur Umum, diutamakan yang telah berpengalaman didalam (sic) pengelolaan Sumber Daya Manusia, Aset dan Logistik.
Ternyata, penyakit "birokratisasi" yang menjangkiti pendidikan Indonesia sudah begitu merasuk ke dalam sendi pelbagai institusi di Indonesia. Bandingkan, misalnya, dengan syarat menjadi Director of Affiliate Relations in sebuah televisi di Kanada:
  • Undergraduate degree in business or equivalent;
  • 5-7 years of experience in a senior sales role combined with at least 3 years experience in a marketing environment, preferably with a background in subscription sales
  • Experience in the broadcasting industry
  • Experience in using qualitative and quantitative research in developing innovative strategic insights
  • Strong analytical skills to assess pricing and cost management as well as ROI metrics
  • Proficient in strategy development and execution
  • An ability to handle multi-tasking
  • Strong creative, analytical and organization skills
  • Superior English oral and written communication skills and ability to present effectively to affiliates and internal stakeholders
  • Fluency in French would be an asset
  • Energetic self starter accustomed to working with limited direction
  • A demonstrated strong team-oriented approach
  • Experience in new multi-platform technologies an asset

Maka jangan heran jika setiap kali Anda (tidak sengaja) melihat TVRI, Anda merasa terpental ke masa lalu. Karena, memang, sekali TVRI, tetap TVRI…

2 Comments:

At 11/28/2007 09:53:00 PM, Anonymous Anonim said...

Wah bung Arya, saya ngga sengaja stumble kesini gara2 keyword jabatan rangkap, Agak menarik analisis anda basically saya setuju dengan komentar anda yang bilang kalo liat tvri, seperti "suck into time machine" .... in every aspects lagi, sampe kalo anda masuk ke lift-nya bener2 literally suck into time machine, saking tuanya. Hanya jangan melulu semua persoalan dipandang secara hitam putih, kalo kebetulan yang dicari direktur trans tv atau rcti atau indosiar, dengan sederet syarat seperti yang anda jabarkan untuk Director of Affiliate Relations di Kanada sih sah-sah saja, kenapa? Karena dari sisi kompetisi, kemampuan mencari tenaga andal, remunerasi yang menarik, masuk ke jajaran socialite sudah menunggu, tapi coba kalo tvri, udah mereka "turun pangkat' dari perusahaan jadi lembaga negara, gaji dari apbn, kualitas sdm yang pas2an, peralatan yang seadanya, mau menarik bagi siapa? Akhirnya mereka dibatasi bahwa "at very least" yang mau daftar ngerti lah basic2 sdm dlsb, boro2 mau ngomongin orang yang mampu ngitung ROI dan ROE dari training, nyari yang bisa bikin merit system aja belum tentu ada yang daptar. Diperparah lagi (kalo boleh pake istilah itu) harus PNS (buat direktur umum)! Trus juga memang harus orang yang mengerti dan mampu mengelola PNS, karena memang agak sedikit unik, baik dari sisi regulasinya maupun pengembangan kompetensi orang2nya. Memang kalo mau ideal dirubah semua, tapi mau kapan? Revolusi? Ogah ah, terlalu "berdarah-darah", apa yang kita perlukan, anak2 muda yang luas wawasannya, kentel "merah-putihnya", ngga snob dengan ilmunya, mau mengerti keadaan sekarang, tidak utopis dan yang paling penting ngga manja alias mau kerja. Bukan begitu, bukan?

 
At 11/29/2007 03:18:00 AM, Blogger Arya Gaduh said...

WPY:

Ekonom punya "peribahasa": Orang merespon insentif (bukan sempit dalam arti uang, tapi juga, misalnya, kebanggaan pada tempat kerja, dsb). Saya pikir masalah dengan TVRI ada di situ. Sekental apapun "merah-putih" anak muda, jika insentifnya tidak tepat, tidak akan ada perubahan.

Di lain pihak, dalam keterbatasan itu, setidaknya iklan rekrutmen seharusnya menggambarkan tugas yang akan diemban dan kualifikasi yang sejalan dengan tugas itu. Saya pikir, ini mendasar dalam iklan rekrutmen. Alih-alih hal-hal esensial ini, yang dicantumkan dalam iklan justru sesuatu yang "basi" di Indonesia pasca-Orde Baru.

Menurut saya TVRI itu aset penting untuk nation-building, dan oleh karena itu, seharusnya bisa dikelola dengan lebih profesional (dengan mempertimbangkan pentingnya insentif, baik bagi institusi TVRI maupun individu yang bekerja di dalamnya). Sayangnya mungkin bagi pemerintah, TVRI bukan prioritas.

 

Posting Komentar

<< Home